Translate

Friday 13 May 2016

Fate/Apocrypha [LN] [Prolog Ch2]

[CHAP 2]

Tidak akan berlebihan jika tempat ini disebut sebagai medan perang.

Terdapat para homunculus yang diciptakan untuk bertarung, mengayunkan halberd raksasa dan menghasilkan ritual-ritual sihir yang rumit pembawa kehancuran berskala besar ke area di sekitar mereka. Tidak dilahirkan secara alami, para homunculus ini memiliki cacat jasmani yang harus diganti agar dapat menghasilkan dua bulan waktu hidup yang sangat singkat. Tetapi pergantian ini akan membuat perbedaan kecil meskipun hanya dua minggu, seperti hidup mereka memang dimaksudkan untuk dihabiskan dalam perang ini.

Dari saat mereka dilahirkan, dilupakan oleh alkimia, para homunculus itu tumbuh sehat dan dewasa. Mereka adalah organisme buatan manusia, lahir untuk bertarung, menghancurkan, dan mati.
Pada waktu yang bersamaan, ada juga golem-golem yang diciptakan oleh teknik Kabbalistik, [pelayan-pelayan boneka] yang menjalankan perintah dari master mereka. Dibandingkan dengan para homunculus yang diciptakan menyerupai manusia, golem-golem ini merupakan karya yang dibuat dari batu dan perunggu. Apa yang menjadi kekurangan mereka adalah jumlah, jadi mereka dibuat menjadi sedikit gegabah saat menghadapi serangan-serangan yang datang, menggunakan tubuh raksasa dan tinju batu mereka untuk menghancurkan dan membinasakan musuh.
Tidak ada satu pun golem maupun homunculus yang dapat menyamai kemampuan seorang penyihir biasa dalam pertarungan. Meskipun begitu, keduanya akan menjadi kewalahan oleh jumlah musuh yang banyak.

Prajurit Dragon Tooth─mereka adalah pasukan tengkorak yang diciptakan menggunakan gigi taring naga. Dengan kemampuan dari ras naga, dan dianugerahi dengan pengetahuan tentang bumi itu sendiri, setiap gigi taring naga yang dikubur di dalam tanah berubah menjadi seorang prajurit rendahan. Meskipun mereka hampir tidak memiliki kekuatan melawan para homunculus dan golem yang memang diciptakan untuk bertarung, mereka memiliki jumlah yang sangat banyak.
Diciptakan untuk aktifitas fisik oleh sebuah golongan Servant of Red, prajurit-prajurit ini diarahkan untuk membuat keributan dalam jumlah yang tidak terhingga, menjadi sekumpulan besar pasukan yang memancarkan gelombang demi gelombang serangan. Dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka benar-benar hancur. Memanfaatkan pedang-pedang dan palu-palu yang terbuat dari tulang yang lebih kuat dan tajam daripada baja, mereka datang berbondong-bondong, menghajar para golem dan membelah para homunculus.

Itu adalah wujud kekejaman. Dengan pemikiran mereka yang sederhana dan emosi yang hampir tidak ada, para golem, para tengkorak dan para homunculus ini dengan sederhana menunjukkan serangan yang sama lagi dan lagi, tidak pernah berhenti sampai kematian mereka, tidak pernah mengistirahatkan senjata-senjata mereka selama musuh mereka masih ada.
Api membara, dan bumi terbelah. Prajurit-prajurit yang terluka segera disembuhkan dengan sihir penyembuhan dan dengan segera kembali ke medan pertempuran.  Biarkan mereka bertarung. Biarkan mereka rusak. Pertempuran ini ditentukan oleh kemampuan pertempuran itu sendiri. Prajurit-prajuritnya adalah bidak kuda, tidak lebih dari sebuah statistik... tidak, pertempuran itu tidak akan pernah ditentukan oleh mereka.

Sekali dalam beberapa waktu, bagian dari medan pertempuran akan ditelan oleh ledakan-ledakan yang sangat besar. Ledakan-ledakan itu datang dari kekuatan yang bisa berdiri sendiri namun tidak dapat ditandingi oleh ribuan pasukan, menyabit dan menghancurkan segerombolan pasukan dengan hanya satu ayunan senjata.

Mereka adalah bagian-bagian terhebat dalam permainan, seseorang yang akan menentukan nasib dari pertempuran ini. Gesit namun keras kepala, mereka bersinar seperti kilatan cahaya, yang merupakan perlambangan dari kepahlawanan.

Tiba-tiba, udara memberikan guncangan kasar, membunuh para tengkorak dan golem yang ada dalam areanya. Segalanya berhambur, rusak dan berubah menjadi puing.

Sebidang tanah kosong yang aneh terbentuk pada medan pertempuran. Meskipun begitu tidak seorang pun, apakah mereka homunculus, golem maupun prajurit Dragon Tooth yang tak berotak, mau mengambil satu langkah pun untuk memasukinya. Mereka memahami bahwa tempat yang satu itu adalah lubang neraka. Mereka akan hancur tanpa sebab jika mereka berjalan ke tempat itu.

Hanya mereka yang terpilih─hanya para servant yang memiliki hak untuk berada di sana.

Seperti sekarang, dua Saber berdiri di sana.

Pada salah satu sisi ada seorang kesatria perak bertubuh kecil yang seluruh badannya terbungkus oleh zirah tebal, yang membuatnya menjadi seperti satu kesatuan baja. Berkaitan dengan helm yang menyembunyikan wajahnya, jenis kelamin maupun ras dari kesatria itu benar-benar tidak diketahui. Senjata yang dimilikinya adalah pedang perak yang dihiasi dengan dekorasi yang sangat indah.

Di sisi lain ada seorang pria tinggi yang dikelilingi oleh hawa yang tidak biasa. Sebuah pedang besar digenggamnya dengan kedua tangan. Sama seperti pedang milik musuhnya, pedang itu menyiratkan keindahan dan kejahatan yang hanya mungkin dimiliki oleh senjata yang ditujukan untuk digunakan oleh seseorang yang bukan manusia. Permata biru yang ditempelkan pada pangkal pedangnya bersinar dalam keistimewaan.

Warna dari pedang milik mereka adalah perak dan emas, dan walaupun bentuknya berbeda, kedua senjata itu sama-sama memiliki sinar para pahlawan. Zaman pedang telah memberitahukan akhir masanya bertahun-tahun yang lalu. Sebaliknya, senjata api telah menjadi penakhluk di medan pertempuran.

Oleh karena itu, apakah mereka merupakan kaum barbar yang telah ketinggalan zaman, yang ditertawakan oleh para pengguna senaja api?

“...Aku datang, Saber of Black!”

Kemudian, si emas menjawab panggilan dari si perak. “...Datanglah, Rot.”

Dalam sekejap, Saber of Red melompat maju dengan raungan seperti singa. Hentakan kaki dari kesatria itu mengguncang bumi, dan kecepatannya menembus batas suara. Lompatan seperti ini mungkin dilakukan tergantung dari kemampuan Saber of Red yang disebut [Prana Burst]. Dengan segera mengeluarkan kekuatan sihir dari kedua lengan atau tubuhnya, kesatria itu mampu melesat ke depan dengan ketepatan waktu yang mirip seperti peluru, dan dengan mudah mampu mengayunkan senjata besarnya.

Tenaga dari lompatan itu menghempaskan mayat para golem dan tengkorak yang telah berserakan di tanah. Dengan kecepatan dan kerusakan yang seperti itu, bahkan senjata modern terkuat yang ada dalam perang seperti induk tank utama pun, akan hancur lebur karenanya.

 ─Meski begitu, walaupun kesatria yang melompat itu bukanlah kesatria biasa, lawannya juga merupakan kehidupan yang yang telah mencapai dunia para iblis.

Dengan sebuah seruan perang dahsyat yang mengingatkan pada seekor naga raksasa, Saber of Black mengambil beberapa langkah maju dengan pedang emas besar miliknya berada di tangan. Tak ada sedikitpun keraguan yang terlihat di matanya saat musuh bergerak dengan cepat ke arahnya, pedang yang dipegangnya tinggi-tinggi ia tebaskan.

Jika serangan gencar milik si perak disebut peluru, maka apa yang dapat menahannya adalah guillotine berkecepatan tinggi milik si emas. Baja bertemu dengan baja, dan kehancuran yang disebabkan oleh hal itu hampir benar-benar nyata.

“Ha! Lemah sekali, Black!”

“Unh─”

Baja memotong dan roh-roh yang bertarung saling baku tembak. Letusan-letusan api terpecah. Tidak ada rasa kasihan, tidak ada kebencian, yang ada hanya hasrat kuat untuk menolak kehadiran yang lainnya, sama halnya dengan perasaan bahagia membingungkan ketika menghadapi musuh yang sangat kuat. Bahkan sejak dimulainya pertempuran ini, pedang mereka telah saling berbenturan sepuluh kali. Secara tidak sadar, bibir Saber of Red membentuk sebuah seringaian.
Tidak ada satu pun dari mereka yang ditakdirkan untuk berada di dunia ini. Mereka adalah suatu wujud tak berbentuk dari manusia luar biasa yang telah meninggalkan nama mereka dalam sejarah dan membuat legenda. Pahlawan yang namanya tetap hidup dalam hati orang-orang bahkan setelah kematian mereka, dan mereka dikenal sebagai [Roh Pahlawan], dan dua dari mereka adalah tiruan dari semacam─[Servant] yang terbentuk di dunia ini untuk menuruti perintah masternya.

Pada benturan ketigabelas pedang mereka─seketika, dunia menjadi sunyi. Senjata dan daging mereka tidak hancur, kedua kesatria itu menunjukkan keseimbangan yang indah, dan senjata mereka masih saling mengunci satu sama lain. Sekilas, dapat terlihat bahwa Saber of Black memiliki keuntungan dalam hal fisik. Perbedaan antara Saber of Red dengannya adalah perbedaan nyata antara seorang pria dan seorang anak.

Meskipun fakta mengatakan bahwa kesatria emas sangatlah kuat─kesatria perak jauh lebih kuat daripada dia.  Alasannya sama seperti sebelumnya, yaitu kemampuan [Prana Burst]. Saat ini, kesatria perak tidak sedang menggunakan sihir untuk menyerang, tetapi lebih ke menambah kekuatan fisiknya. Saat ini, Saber of Red seperti sebuah granat dengan sumbu yang menyala dan siap meledak.

“Haaahhh─!”

Si kesatria perak─Saber of Red melangkah maju, kaki-kakinya membelah bumi dan ia meneriakkan sebuah raungan penuh semangat.

Tidak dapat menahan kekuatan lawannya, Saber of Black terjungkal ke belakang, tetapi seperti yang dapat diharapkan dari seorang pahlawan, dia lebih memilih melompat kecil ke belakang daripada berguling perlahan, dan ekspresinya sama sekali tidak berubah.

Saber of Red menekan pedangnya ke depan. Bahkan tanpa melihat wajahnya, siapapun dapat mengetahui bahwa sebuah tawa sinis terdengar dari balik helm.

“Dan kau menyebut dirimu seorang ‘Saber’, yang seharusnya menjadi yang terkuat diantara para Servant? Sangat mengecewakan. Atau mungkin hanya inilah yang dapat dilakukan oleh seseorang yang palsu sepertimu?”

“...” Saber of Black terdiam.

Sebenarnya, seperti yang dikatakan oleh Saber of Red, dia adalah Roh Pahlawan palsu. Tidak ada cara baginya untuk memendingi Roh Pahlawan asli seperti lawannya. Meskipun begitu, bukan berarti dia mengakui kekalahannya. Untuk menyelamatkan teman seperjuangannya─mau atau tidak, dia harus bertarung.

“...Wahai pedangku,”

Saber of Black memilih langkah terbaik untuk menjatuhkan musuhnya.

“Berkatilah Thee dengan kekuatanmu.”

Suaranya terlepaskan. Dia mengatakan hal ini tanpa perubahan dalam ekspresinya, meskipun kematian telah menanti. Pedang besar yang dia pegang di atas kepalanya mulai dipenuhi dengan cahaya berwarna orange.

“Jadi kau melepaskan Noble Phantasm milikmu.... Hah, itu tidak ada artinya bagiku!” Saber of Red bergumam marah. Tidak ada nada terdesak dalam suaranya.

Sebuah [Noble Phantasm] adalah senjata terakhir milik seorang Servant, sesuatu yang hanya akan aktif dengan menyebut nama asli pemiliknya. Noble Phantasm dapat dengan mudah menjadi sebuah kekuatan penghancur yang luar biasa, atau sesuatu dengan sifat khusus yang akan selalu menusuk dan membunuh lawannya seketika, atau bahkan bukan suatu senjata, namun sebuah perisai dengan kemampuan untuk menghalau serangan jarak jauh. Ada banyak sekali jenis Noble Phantasm yang disebutkan oleh legenda.

Dan tentu saja, sama seperti yang dilakukan Saber of Black, Saber of Red juga melepaskan Noble Phantasm miliknya.

 “...Baiklah, sepertinya Masterku telah memberi izin, biarkan aku membalas kebaikannya!” Saber of Red megambil kuda-kuda dengan pedang peraknya.

Pada waktu yang bersamaan, helm berat yang menutup wajahnya terbelah menjadi dua dan menyatu dengan baju zirah miliknya. Mata mereka bertemu. Saber of Black sedikit menaikkan alisnya, terlihat terkejut. Tapi tentu saja, hal itu disebabkan karena Saber of Red memiliki wajah seorang gadis muda. Normalnya, Servant akan dipanggil dalam bentuk mereka saat mencapai masa kejayaannya. Sama seperti, banyak pahlawan mencapai masa kejayaannya saat berusia duapuluh hingga tigapuluh tahun, dimana usia tersebut adalah usia terbaik mereka. Bagaimanapun, Saber of Red jelas-jelas terlalu muda. Bahkan terlihat seperti usianya belum genap duapuluh tahun.
Selain itu, kecantikan yang dimilikinya sama sekali tidak dapat memnyembunyikan kekejaman alaminya─bahkan, dia tidak bersusah-susah untuk menyembunyikannya. Dalam kedua matanya yang terus menerus menatap tajam pada Saber of Black, terdapat gabungan dari kebengisan dan juga kesenangan yang didapatnya dari pertempuran.


 “...Kenapa kau melepaskan helmmu?” 


[CHAP 3]

No comments:

Post a Comment